Rabu, 30 Maret 2011

Pendiri Daulah Umayyah II


Ketika Daulah Abbasiyah berkuasa, banyak pemuka yang mendukung pemerintahan
Daulah Umayyah dan bani Umayyah dikejar-kejar serta ditangkap. Salah seorang
yang selamat dari kejaran para pendukung Daulah Bani Abbas adalah Abdurrrahman. Melalui Palestina dan Afrika Utara, ia berhasil memasuki wilayah Andalusia. Keberhasilannya tidak dicapai dengan mudah tetapi melalui usaha yang gigih, karena pada saat itu Andalusia diperintah oleh Yusuf bin Abdurrahman al-Fikry.Pada masanya banyak terjadi pertentangan antara sesama kabilah Arab serta bangsa Barbar. Pertentangan ini membuka peluang bagi Abdurrahman untuk ikut serta dalam percaturan politik saat itu, dan ia berhasil memperoleh pengikut yang banyak
Masuknya Abdurrahman ke wilayah Andalusia membuat Yusuf marah. Ia berusaha
mengusir Abdurrahman dari wilayah kekuasaannya itu. Akibat dari tindakan Yusuf
itu Abdurrahman melakukan perlawanan, sehingga terjadi pertempuran antara
keduanya di dekat Cordova pada tahun 139 H/ 758 M. Peperangan ini dimenangkan oleh Abdurrahman Al-Dakhil, dengan demikian ia memasuki Cordova dengan membawa kemenangan dan sejak saat itulah  Abdurrahman mendirikan kerajaan Islam di Andalusia.

 Karena keberhasilannya itulah ia diberi gelar al-Dakhil, artinya orang yang berhasil memasuki wilayah Andalusia dan selamat dari kejaran pemerintah Daulah Abbasiyah. Sementara itu, Abu Ja’far al-Manshur memberinya gelar “saqar Quraiys”, artinya rajawali Quraiys yang mampu terbang jauh ke wilayah Eropa di Andalusia.

·         Masa pemerintahan amir-amir Bani Umayyah
    a. Abdurrahman Al-Dakhil ( 757-788 M )
            Setelah mendirikan kerajaan besar di Andalusia, langkah pertama yang dilakukannya adalah memperbaiki keadaan dalam negri. Hampir seluruh usianya dipergunakan untuk memerangi lawan-lawannya seperti ancaman dari Abu Ja’far Al-Manshur (khalifahAbbasiyah kedua), perlawanan dari raja Frank, Prancis, dan sebagainya. Setelah dirasa aman barulah Abdurrahman melaksanakan pembangunan demi kesejahteraan rakyatnya. Diantaranya adalah mendirikan masjid agung di Cordova, yaitu masjid Al Hambra  dan setelah beliau wafat pembangunan kemudian dilanjutkan putranya Hisyam I. Abdurrahman wafat di usianya yang ke-61 dan ia telah memerintah selama kurang lebih 31tahun lamanya.
    b. Hisyam bin Abdurrahman ( 796-822 M )
Ia seorang yang salih dan adil. Dalam bidang pendidikan ia sangat mengutamakan sehingga lahirlah jabatan hakim (Qadli). Dan di bidang pembangunan ia
menyelesaikan mesjia raya Cordova.
    c. Hakam I bin Hisyam ( 796-822 M )

      Tabiatnya sangat berbeda dengan ayahnya, ia suka sekali bermubuat maksiat terhadap
rakyatnya, sehingga banyak terjadi pemberontakan pada saat itu.
    d. Abdurrahman II / Al-Ausath ( 822-852 M )
           Ia dikenal sebagai penguasa yang cinta ilmu[1], usaha-usaha yang dilakukannya pun begitu banyak baik di bidang politik, ekonomi, maupun pembangunan.

·         MasaPemerintahan Khalifah

Periode ini berlangsung mulai dari pemerintahan Abdurrahman III yang bergelar “An-Nashr” sampai munculnya “raja-raja kelompok” yang dikenal dengan sebutan Muluk
al-Thawaif.

Masa Kejayaan Daulah Umayyah II
1. Perkembangan Kota dan Seni Bangun
·         Ketika Al-Dakhil berkuasa, Cordova menjadi ibu kota Negara. Ia membangun kembali kota ini dan memperindahnya, serta membangun benteng di sekeliling kota dan istananya.Sepeninggal al-Dakhil, Cordova terus berkambang dan menjadi salah satu kota terkemuka di dunia.Peninggalan al-Dakhl yang kini masih tegak berdiri adalah Masjid Jami Cordova.
·         Pada masa Hisyam 1 dimana ia memugar kembali jembatan tua yang dibangun oleh al-khaulani, di samping menanbah bangunan-bangunan megah dan taman-taman yang indah. Pemugaran selanjutnya dilakukan pada masa Al-Mustanshir dan Al-Manshur.
·         Pada masa Al-Mustanshir dan Al-Mu’ayyah yang merupakan perkembangan paling pesat yang terjadi pada saat itu dimana pusat kota yang dikelilingi oleh tembok dengan tujuh pintu gerbangnya, pada waktu itu sudah berada di tengah, karena berkembangnya daerah pinggiran di sekitarnya.
Kebanggaan Cordova tidak lengkap tanpa:
1.      Al-Qashr al-Kabir
adalah kota satelit yang dibangun oleh Ad-Dakhil dan disempurnakan oleh beberapa orang penggantinya.
2.      Al-Rushafah
Adalah sebuah istana yang dikelilingi taman yang luas dan indah, yang dibangun al-Dakhil disebelah barat laut Cordova.Istana ini mencontoh bentuk istana dan taman Rushafah yang pernah dibangun oleh nenek moyangnya di Syria.
3.      Masjid Jami’ Cordova
4.      Jembatan Cordova
5.      Al-Zahrar
Dibangun al-nashir di sebuah bukit di pegunungan Sierra Morena sekitar tiga mil di sebelah utara Cordova.Kemegahan al-Zahra hampir menyamai al-Qashr al-kabir.Termasuk keistimewaan al-Zahra  ialah kolam-kolam marmer buatan konstantinopel berukir aneka macam bentuk, sebagian diantarannya berlapis emas.
Kecuali membangun al-Zahra, al Nashir membangun saluran air yang menembus gunung sepanjang 80 km, karena Wadi al-Kabir yang mengaliri al-Zahra dan Cordova pada musim kemarau airnya tidak bisa diminum
6.      Al-Zahirah
Dibangun Al-Manshur di pinggir Wadi Al-Kabir, tidak jauh dari Cordova. Didalamnya dibangun istana besar dan indah tempat kediaman al-Manshur, gedung-gedung pemerintahan, gudang makanan dan gudang senjata, tempat tinggal para menteri, perwira militer, dan pegawai tinggi lainnya. Sebagaimana halnya al-Zahra, al-Zahirah dilengkapi taman-taman indah, pasar-pasar, took-toko, masjid-masjid, dan bangunan umum lainnya. Perkembangan al-Zahirah begitu pesat, sehingga pada satu sisinya kemudian bersambung dengan Cordova, sedang sisinya yang lain bersambung denagn al-Zahra yang dalam perkembangan selanjutnya telah menjadi bagian depan kota Cordova. 
2. Perkembangan Bahasa dan Sastra Arab
            Bahasa Arab masuk ke Andalusia bersamaan dengan masuknya Islam ke daratan itu.Syalibi yang mengutip keterangan Nicholson menyatakan bahwa pada permulaan abad IX M bahasa arab sudah menjadi bahasa resmi di Andalusia.
            Sejalan dengan perkembanga bahaAsa arab, berkembang pula kesusastraan Arab yang dalam arti sempit, disebut adab, baik dalam bentuk puisi maupun prosa. Diantar jenis prosa adalah khithabnah, tarrasul, maupun karta fiksi lainnya.Menurut Amer Ali”Orang –arang Arab Andalusia adalah penyair-penyair alam.Mereka menemukan bermacam jenis puisi, yang kemudian dicontoh oleh orang-orang Kristen di Eropa selatan.
            Diantara sastrawan terkemuka  Andalusia adalah:
1.      Abu Amr Ahmad ibn Muhammmad ibn Abd Rabbih

Ia menekuni ilmu kedokteran dan musik, tetapi kecenderungan lebih banyak kepada sastra dan sejarah.Ia semasa dengan empat orang khalifah Umayyah yang bagi mereka telah ia gubah syair-syair , sehingga ia memperoleh kedudukan terhormat di istana.
2.      Abu Amir Abdullah ibn Syuhaid
Baik prosa maupun puisi, hanya beberapa potong saja yang ditemukan
3.      Ibn Hazm orang penyair sufi yang banyak mengubah puisi-puisi cinta.PuIsi-puisi yang dihimpun dalam antologi Permata seorang dara, berisi gambaran aspek-aspek percintaan dari pengalamannya sendiri dan pengalaman orang lain
4.      Muluk al-thawaif dianggap penyair  paling besar di Andalusia pada masa itu  Seirama dengan perkembangan syair, berkembang pula musik dan seni suara.Hasan Ibn Nafi’ yang lebih dikenal dengan panggialn Ziryab mempunyai keahlian dalam seni musik dan tarik suara, pengaruhnya masih membekas sampai sekarang, bahkan dia dianggap peletk dasar dari musik Spantol modern.
3. Perkembangan Ilmu Pengetahuan
Pemisahan Andalusia dari Bagdad secara politis, tidak berpengaruh terhadap transmisi keilmuan dan peradaban antara keduanya.Banyak muslimi Andalusia yang menuntut Ilmu di negeri Islam belahan timur itu, dan tidak sedikit pula paa ulama dari timur yang mengembangkan ilmunya di Andalusia.
Kebanyakan umat Islam menganut paha Maliki dimana dasar pemikiran hukumnya adalah hadits.Perhatian muslim Andalusia terhadap hadits Rasulilllah saw amat besar pada waktu itu.Mahzab ini diperkenalkan pertama kali oleh Ziyad ibn Abd al-Rahman Ibn Ziyad
al-lahmi.Tokoh lain yang tidak kalah populernya dalam pengembangan ilmu fiqih ialah Abu Bakar Muhmmad ibn Marwan ibn Zuhr.
Ilmu agama yang berkembang amat pesat adalah Ilmu Qira’at, yaitu ilmu yang membahas fadh-lafadh Al-Qur’an yang baik dan benar. Abu Amr al-Dani Utsman ibn Said adalah ulama ahli Qira’at kenamaan dari Andalusia yang mewakili generasinya.
Sejalan dengan perkembangan filsafat, berkembang  pula ilmu-ilmu lain. Ilmu
pasti yang banyak digemari bangsa Arab berpangkal dari buku India Sinbad yang
diterjemahkan ke dalam bahasa Arab oleh Ibrahim al-Fazari.
Perkembangan pesat ilmu pengetahuan dan filsafat pada masa itu tidak terlepas kaitannya dari kerjasama yang harmonis antara penguasa, hartawan dan ulama. Umat Islam di Negara-negara Islam pada masa itu berkeyakinan bahwa memajukan ilmu pengetahuan dan kebudayaan umumnya, merupakansalah satu kewajiban pemerinthan.Kesadaran kemanusiaan dan kecintaan akan ilmu pengetahuan yang dimiliki oleh para pendukung ilmu telah menimbulkan hasrat untuk mengadakan perpustakaan-perpustakaan, disamping mendirikan
lembaga-lembaga pendidikan. Sekolah dan perpustakaan, baik perpustakaan umum maupun perpustakaan pribadi, banyak dibangun di berbagai penjuru kerajaan, sejak dari kota-kota besar hingga ke desa-desa.
Andalusia
pada kala itu sudah mencapai tingkat peradaban yang sangat maju, sehingga hampir tidak  ada seorang pun penduduknya yang buta huruf. Dari Andalusia ilmu pengetahuan dan peradaban arab mengalir ke negara-negara  Eropa Kristen, melalui kelompok-kelompok terpelajar mereka yang pernah menuntut ilmu di Universitas
Cordova, Malaga, Granada, Sevilla atau lembaga-lembaga ilmu pengetahuan lainnya di Andalusia.
C.     Runtuhnya Daulah Umayyah II
Keruntuhan daulah Umayyah II di Andalusia dipengaruhi oleh banyak faktor, faktor-faktor tersebut antara lain:
1.     Konflik Islam dengan Kristen
Pada penguasa muslim tidak melakukan islamisasi secara sempurna. Mereka sudah merasa puas dengan hanya menagih upeti dari kerejaan – kerajaan Kristen taklukannya dan membiarkan mereka memperahankan hukum dan adat mereka, termasuk posisi hirarki tradisional, asal tidak ada perlawanan bersenjata.Namun demikian, kehadiran Arab Islam telah memperkuat rasa kebangsaan orang – orang Spanyol Kristen. Hal itu menyebabkan kehidupan negara Islam di Spanyol tidak pernah berhenti dari pertentangan
tentara Islam dan Kristen. Pada abad ke-11 M umat Kristen memperoleh kemajuan
pesat, sementara umat Islam sedang mengalami kemunduran.
2.     Tidak Adanya Ideologi Pemersatu
Kalau di tempat – tempat lain, para mukalaf diperlakukan sebagai orang islamyang sederajat, di Spanyol, sebagaimana politik yang dijalankan Bani Umayyah di Damaskus, orang – orang Arab tidak pernah menerima orang –orang pribumi. Setidak –tidaknya sampai abad ke-10 M, mereka msih memberi istilah ‘ibad danmuwalladun kepada para mukalaf, suatu ungkapan yang dinilai merendahkan. Akibatnya, kelompok – kelompok etnis
non-Arab yang ada sering menggerogoti dan merusak perdamaian. Hal itu mendatangkan dampak besar terhadap sejarah sosio-ekonomi negeri tersrbut. Hal ini menunjukan
tidak adanya ideologi yang dapat memberi makna persatuan, disamping kurangnya
figur yang dapat menjadi personifikasi ideologi itu.
3.     Kesulitan Ekonomi
Di paruh ke dua masa islam di Spanyol, para penguasa membangun kota
dan mengembangkan ilmu pengetahuan dengan sangat “serius”, sehingga lalai membina perekonomian. Akibatnya timbul kesulitan ekonomi yang amat membertkan dan mempengaruhi kondisi politik dan militer.
4.     Tidak Jelasnya Sistem Peralihan Kekuasaan
Hal ini menyebabkan perebutan kekuasaan diantara ahli waris. Bahkan, karena inilah kekuasaan Bani Umayyah runtuh dan Muluk Al-Thawif muncul. Granada yang merupakan pusat kekuasaan Islam terakhir di Spanyol jatuh ketangan Ferdinan dan Isabella, diantaranya juga disebabkan permasalahan ini.
5.     Keterpencilan
Spanyol Islam bagaikan terpencil dari dunia Islam yang lain. Ia selalu berjuang sendirian, tanpa mendapat bantuan kecuali dari Afrika Utara. Dengan demikian tidak ada kekuatan alternatif yang mampu membendung  kebangkitan Kristen disana.
KESIMPULAN
Daulah bani Umayyah II didirikan oleh salah seorang keluarga bani Umayyah yang berhasil meloloskan diri dari kejaran orang-orang bani Abbasiyah, yaitu Abdurrahman. Selanjutnya karena kemampuannya meloloskan diri ke Andalusia dia diberi julukan “Ad- Dakhil”. Dalam perkembangan selanjutnya daulah Umayyah di Andalusia meneruskan usaha perluasan wilayah Islam ke beberapa daerah di Eropa. Bukan hanya usaha perluasan wilayah saja yang mereka lakukan, melainkan juga pengembangan seni, kebudayaan, dan ilmu pengetahuan. Hal ini bisa mereka lakukan karena daulah ini bisa bekerja sama dengan negeri-negeri tetangganya, termasuk daulah Abbasiyah yang semula menjadi musuh mereka. Letak Andalusia yang berada di benua Eropa memungkinkan berkembangnya ilmu pengetahuan ke berbagai wilayah Eropa. Sehingga bisa dikatakan kemajuan yang dicapai daulah Umayyah II hampir sama dengan kemajuan daulah Abbasiyah di Baghdad.
Seperti halnya daulah-daulah Islam yang dahulu, daulah Umayyah II juga mengalami keruntuhan akibat perebutan kekuasaan. Meskipun penyebab terburuknya adalah serangan kaum Kristen, namun kondisi umat Islam di Andalusia saat itu sedang melemah sedangkan kondisi umat Kristen berada dalam kemajuan yang pesat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar