Sabtu, 12 Maret 2011

Tinjauan Sosial Terhadap Perilaku Merokok di Kalangan Anak-Anak dan Remaja


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Rokok  telah menjadi benda kecil yang paling banyak digemari. Merokok  telah menjadi gaya hidup bagi banyak pria dan wanita, bahkan termasuk anak-anak dan kaum remaja. Kebiasaan merokok telah mengakibatkan banyak penyakit dari gangguan pernapasan hingga kanker. Dampak yang dihasilkan akibat kebiasaan merokok tidak hanya dirasakan oleh si perokok namun juga oleh orang yang ada disekitarnya. Diantaranya asap rokok yang ditimbulkan dapat memicu terjadinya penyakit jantung dan kanker paru-paru.
Meski semua orang tahu akan bahaya yang ditimbulkan akibat merokok, perilaku merokok tidak pernah surut dan tampaknya merupakan perilaku yang masih dapat ditolerir oleh masyarakat. Hal ini dapat dirasakan dalam kehidupan sehari-hari di lingkungan rumah, kantor, angkutan umum maupun di jalan-jalan. Hampir setiap saat dapat disaksikan dan di jumpai orang yang sedang merokok. Jumlah perokok pun semakin bertambah setiap tahunnya.
Hal ini didukung dengan data bahwa jumlah perokok di Indonesia menduduki peringkat ketiga tertinggi di dunia, yakni sekitar 65 juta orang. (surya.co.id) Indonesia juga merupakan negara perokok terbesar di lingkungan negara-negara ASEAN. Hal itu berdasarkan data dari The ASEAN Tobacco Control Report tahun 2007. The ASEAN Tobacco Control Report Card tahun 2007 menyebutkan jumlah perokok di ASEAN mencapai 124.691 juta orang dan Indonesia menyumbang perokok terbesar, yakni, 57.563 juta orang atau sekitar 46,16 persen.(Kompas.com)
Hal yang memprihatinkan adalah usia mulai merokok yang setiap tahun semakin muda. Bila dulu orang mulai berani merokok biasanya mulai SMP maka sekarang dapat dijumpai anak-anak SD kelas 5 sudah mulai banyak yang merokok secara diam-diam. Prevalensi perokok di Indonesia kian hari semakin meningkat dan memprihatinkan. Peningkatan tertinggi perokok di Indonesia terjadi pada kelompok remaja umur 15-19 tahun, yaitu, dari 7,1 persen pada tahun 1995 menjadi 17,3 persen pada tahun 2004, atau naik 144 persen selama 9 tahun.(Kompas.com)
Selain di usia remaja, di Indonesia juga terdapat balita yang telah mengalami kecanduan rokok. Dalam catatan Komnas Perlindungan Anak, setidaknya ada empat anak balita yang kecanduan rokok, yakni di Binjai, Sukabumi, Malang, dan Sumatera Selatan.(Surya.co.id)
Atas dasar itulah dalam karya tulis ini akan dibahas mengenai tinjauan sosial tentang berkembangnya perilaku merokok dikalangan remaja dan anak-anak, serta pemecahan masalahnya.

B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah yang dapat diambil adalah sebagai berikut:
1.      Bagaimana perilaku merokok di kalangan remaja dan anak-anak ditinjau dari segi sosial?
2.      Bagaimana pemecahan masalah merokok di kalangan remaja dan anak-anak?

C.    Tujuan
Tujuan dari karya tulis ini adalah:
1.      Untuk mengetahui perilaku merokok di kalangan remaja dan anak-anak ditinjau dari segi sosial.
2.      Untuk mengetahui pemecahan masalah merokok di kalangan remaja dan anak-anak


BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A.    Kandungan Rokok
Rokok adalah produk yang berbahaya & adiktif (menimbulkan ketergantungan) karena didalam rokok terdapat 4000 bahan kimia berbahaya yang 69 diantaranya merupakan zat karsinogenik (dapat menimbulkan kanker). Zat-zat berbahaya yang terkandung didalam rokok antara lain: tar, nikotin, karbon monoksida, sianida, arsen, formalin.

B.     Dampak Rokok
Kebiasaan merokok dapat berdampak buruk terhadap kesehatan, antara lain yakni timbulnya beberapa penyakit, diantaranya:
·         Penyakit jantung dan stroke.
Satu dari tiga kematian di dunia berhubungan dengan penyakit jantung dan stroke. Kedua penyakit tersebut dapat menyebabkan “sudden death” ( kematian mendadak).
·         Kanker paru.
Satu dari sepuluh perokok berat akan menderita penyakit kanker paru. Pada beberapa kasus dapat berakibat fatal dan menyebabkan kematian, karena sulit dideteksi secara dini. Penyebaran dapat terjadi dengan cepat ke hepar, tulang dan otak.
·         Kanker mulut.
Merokok dapat menyebabkan kanker mulut, kerusakan gigi dan penyakit gusi.
·         Osteoporosis.
Karbonmonoksida dalam asap rokok dapat mengurangi daya angkut oksigen darah perokok sebesar 15%, mengakibatkan kerapuhan tulang sehingga lebih mudah patah dan membutuhkan waktu 80% lebih lama untuk penyembuhan. Perokok juga lebih mudah menderita sakit tulang belakang.
·         Katarak.
Merokok dapat menyebabkan gangguan pada mata. Perokok mempunyai risiko 50% lebih tinggi terkena katarak, bahkan bisa menyebabkan kebutaan.
·         Psoriasis.
Perokok 2-3 kali lebih sering terkena psoriasis yaitu proses inflamasi kulit tidak menular yang terasa gatal, dan meninggalkan guratan merah pada seluruh tubuh.
·         Kerontokan rambut.
Merokok menurunkan sistem kekebalan, tubuh lebih mudah terserang penyakit seperti lupus erimatosus yang menyebabkan kerontokan rambut, ulserasi pada mulut, kemerahan pada wajah, kulit kepala dan tangan.
·         Dampak merokok pada kehamilan.
Merokok selama kehamilan menyebabkan pertumbuhan janin lambat dan dapat meningkatkan risiko Berat Badan Lahir Rendah (BBLR). Risiko keguguran pada wanita perokok 2-3 kali lebih sering karena Karbon Monoksida dalam asap rokok dapat menurunkan kadar oksigen.
·         Impotensi.
Merokok dapat menyebabkan penurunan seksual karena aliran darah ke penis berkurang sehingga tidak terjadi ereksi.
            Bahaya atau dampak lain dari merokok terhadap remaja adalah:
o   Perokok mempunyai fungsi paru-paru yang lebih rendah dibandingkan dengan mereka yang bukan perokok.
o   Merokok mengurangi pertumbuhan paru-paru.
o   Pada orang dewasa, penyakit yang disebabkan oleh rokok adalah penyakit jantung & stroke. Hal tersebut juga mulai terlihat pada remaja yang menggunakan rokok.
o   Merokok dapat menurunkan performa & daya tahan tubuh para remaja, bahkan pada remaja yang aktif berolahraga.
o   Secara rata-rata, orang yang merokok 1 bungkus atau lebih setiap harinya berkurang hidupnya selama 7 tahun dibandingkan orang yang tidak merokok.
o   Merokok sejak usia dini akan meningkatkan resiko untuk terkena kanker paru-paru. Untuk penyakit lain karena rokok maka resikonya juga akan semakin meningkat apabila terus merokok.
o   Remaja yang menggunakan rokok mempunyai kemungkinan 3x lebih banyak dibandingkan mereka yang tidak merokok untuk menggunakan alkohol, 8x lebih banyak untuk menghisap ganja serta 22x lebih banyak untuk menggunakan kokain. Merokok juga sering dihubungkan dengan terjadinya kelakukan beresiko lain seperti berkelahi ataupun melakukan hubungan seksual secara dini. Bahaya merokok pada remaja dengan kata lain memberi efek buruk lebih dini.

C.    Teori Sosial yang Berkaitan
Dalam kajian sosiologi, teori yang berhubungan dengan perilaku merokok adalah teori interaksi simbolik. Teori ini menekankan kajian sosiologi pada interaksi antar individu dan pada proses dimana individu tersebut mengembangkan sudut pandang tentang mereka sendiri dan terhubung dengan sesama individu.
Interaksionisme simbolik melihat hidup sebagai suatu proses sosial. Sehingga ada suatu sosialisasi di dalamnya. Dalam proses sosialisasi ini, teori yang berkaitan dengan perilaku merokok adalah teori sosialisasi menurut George Herbert Mead, sosialisasi yang dialami seseorang dapat dibedakan dalam tahap-tahap sebagai berikut.
·         Tahap persiapan (Preparatory Stage)
Tahap ini dialami manusia sejak dilahirkan, ketika seorang anak mempersiapkan diri untuk mengenal dunia sosialnya, termasuk untuk memperoleh pemahaman tentang diri.
·         Tahap meniru (Play Stage)
·         Tahap siap bertindak (Game Stage)
Peniruan yang dilakukan sudah mulai berkurang dan digantikan oleh peran yang secara langsung dimainkan sendiri dengan penuh kesadaran. Individu mulai berhubungan dengan teman-teman sebaya di luar rumah. Peraturan-peraturan yang berlaku di luar keluarganya secara bertahap juga mulai dipahami.
·         Tahap penerimaan norma kolektif (Generalized Stage)
Pada tahap ini seseorang telah dianggap dewasa. Dia sudah dapat menempatkan dirinya pada posisi masyarakat secara luas.

Teori lain yang terkait adalah teori sosial kognitif. Menurut Bandura teori sosial kognitif adalah sebuah teori yang memberikan pemahaman, prediksi, dan perubahan perilaku manusia melalui interaksi antara manusia, perilaku, dan lingkungan.
Interaksi antara manusia dan perilakunya melibatkan pengaruh pemikiran dan kelakuan seseorang. Interaksi antara manusia dan lingkungan melibatkan kepercayaan manusia dengan kompetensi secara kognitif yang berkembang dari pengaruh dari dalam lingkungan juga. Yang terakhir, interaksi antara lingkungan dengan perilaku manusia, berkaitan dengan pengaruh perilaku terhadap aspek-aspek dalam lingkungannya dan sebaliknya perilaku yang dipengaruhi lingkungan tersebut.
            Terdapat 4 tahapan dalam perilaku merokok sehingga menjadi perokok, tahapan tersebut adalah:
1.      Tahap preparatory.
Seseorang mendapat gambaran yang menyenangkan mengenai merokok dengan cara mendengar, melihat, atau hasil bacaan. Hal-hal ini menimbulkan minat untuk merokok.
2.      Tahap initiation.
Tahap perintisan merokok yaitu apakah seseorang akan meneruskan ataukah tidak terhadap perilaku merokok.
3.      Tahap becoming a smoker.
Apabila seseorang telah mengkonsumsi rokok  sebanyak 4 batang per hari, maka mempunyai kecenderungan menjadi perokok.
4.      Tahap maintenance of smoking.
Tahap ini merokok sudah menjadi salah satu bagian dari cara pengaturan diri(self-regulating).



BAB III
DESKRIPSI DATA

            Data yang diperoleh adalah data wawancara langsung terhadap perokok usia remaja di daerah Sidoarjo, Jawa Timur. Narasumber adalah remaja usia 13- 17 tahun. Pertanyaan yang diberikan dalam wawancara:
1.      Mengapa Anda merokok?
2.      Apa keuntungan/manfaat merokok bagi Anda?
3.      Apakah Anda tahu bahwa merokok itu berbahaya bagi kesehatan?
4.      Jika Anda mengetahui, bahwa merokok berbahaya bagi kesehatan, mengapa Anda tetap merokok?
5.      Apakah di lingkungan sekitar Anda ada yang merokok?
6.      Apakah di keluarga Anda ada yang merokok?
7.      Apakah Anda mempunyai keinginan untukberhenti merokok?
            Hasil dari wawancara tersebut adalah sebagai berikut.
            Dani (16) siswa sekolah menengah kejuruan, merokok karena awalnya ingin mencoba. Menurut Dani, merokok dapat menghilangkan depresi, ia juga mengetahui bahwa merokok berbahaya bagi kesehatan. Namun ia tetap merokok karena sudah kecanduan. Di lingkungan dan keluarga Dani terdapat orang yang merokok. Dani mempunyai keinginan untuk berhenti merokok, namun sulit karena telah kecanduan merokok.
Diky (14) siswa sekolah menengah pertama, merokok karena ingin mencoba. Menurut Diky, merokok dapat membuatnya bahagia, ia juga mengetahui bahwa merokok berbahaya bagi kesehatan. Namun ia tetap merokok karena sudah kecanduandan sulit untuk berhenti merokok. Di lingkungan dan Diky terdapat orang yang merokok begitu juga di lingkungan keluarganya, terutama bapaknya. Diky mempunyai keinginan untuk berhenti merokok.
Anang (17) siswa sekolah menengah atas, merokok karena untuk menghilangkan stres. Menurut Anang, merokok dapat menghilangkan menghilangkan rasa pahit di mulut, ia juga mengetahui bahwa merokok berbahaya bagi kesehatan. Namun ia tetap merokok karena sudah kebiasaan. Di lingkungan dan keluarga Anang terdapat orang yang merokok. Anang tidak mempunyai keinginan untuk berhenti merokok.
Ilham (14) merokok karena enak. Menurut Ilham, merokok dapat menghilangkan stres, ia juga mengetahui bahwa merokok berbahaya bagi kesehatan. Namun ia tetap merokok karena jika tidak merokok tidak enak rasanya. Di lingkungan Ilham terdapat orang yang merokok, di lingkungan keluarganya hanya Ilham sendiri yang merokok. Ilham tidak mempunyai keinginan karena sudah terbiasa.
Joko (13) siswa sekolah dasar, merokok karena merupakan kegemaran. Menurut Joko, dengan merokok dapat memperoleh kenikmatam, ia juga mengetahui bahwa merokok berbahaya bagi kesehatan. Namun ia tetap merokok karena merasa nikmat. Di lingkungan sekitar Joko terdapat orang yang merokok, di lingkungan keluarganya hanya Joko sendiri yang merokok.  Joko belum mempunyai keinginan untuk berhenti merokok.
Dari data yang diperoleh dapat diketahui bahwa remaja awalnya merokok karena mempunyai keinginan untuk mencoba. Kemudian mereka menjadi kecanduan terhadap rokok, karena menganggap rokok dapat menghilangkan stres, depresi, dan dapat memberikan rasa nikmat. Mereka mengetahui akan bahaya merokok, namun mereka tetap merokok karena telah kecanduan. Di lingkungan sekitar dan lingkungan keluarga mereka juga terdapat orang-orang yang merokok.



BAB IV
ANALISIS DATA DAN
PEMECAHAN MASALAH

            Data yang di dapat menunjukkan bahwa di usia remaja pun, perilaku merokok dapat menjadi perilaku yang menimbulkan efek kecanduan. Hal ini disebabkan karena rokok mengandung zat nikotin, Nikotin memiliki efek penenang pada perasaan gugup. Pada saat yang sama memiliki beberapa efek anti-depresif, setidaknya dalam jangka pendek, dan itu membuat seseorang merasa lebih nyaman. Seseorang menderita kegugupan atau gejala depresi  mungkin merasa bahwa merokok membantu dia melawan gejala mentalnya. Namun, secara bertahap akan ada kebutuhan untuk terus meningkatkan dosis nikotin yang lebih tinggi untuk memberikan efek yang lebih baik lagi, dan jika ada kekurangan nikotin di dalam tubuh, saraf atau perasaan depresif akan muncul lebih besar daripada sebelumnya.
            Selain itu,  lingkungan tempat remaja bersosialisasi juga mempunyai peranan besar dalam perilaku merokok di kalangan remaja dan anak-anak. Faktor sosial atau lingkungan, merupakan temapat dimana karakter seseorang banyak dibentuk, baik dari keluarga, tetangga, ataupun teman pergaulannya. Bersosialisasi merupakan cara utama pada anak-anak dan remaja untuk mencari jati diri mereka. Dengan melihat apa yang dilakukan orang lain dan kadang kala mencoba untuk meniru apa yang dilakukan orang lain. Sehingga jika di lingkungan sekitarnya terdapat kebiasaan merokok, maka remaja yang berada di lingkungan tersebut cenderung untuk berperilaku merokok juga.
Pemecahan masalah untuk perilaku merokok di kalangan remaja dan anak-anak yakni dengan cara pencegahan lebih dini, yang dimulai dari lingkungan terkecil yaitu keluarga. Hal ini dapat diuraikan sebagai berikut:
1.      Memahami ketertarikan yang dapat ditimbulkan oleh rokok. Caranya dengan mengajak anak berdiskusi mengenai rokok termasuk pandangannya mengenai rokok tersebut.
2.      Mengatakan tidak pada rokok.
3.      Memberikan contoh yang baik.
Anak biasanya akan meniru tindakan orang terdekatnya, jadi apabila orang tua melarang anaknya untuk merokok, sebaiknya mereka pun juga tidak mengkonsumsi rokok.
4.      Rokok bukanlah hal yang keren. Menunjukkan pada anak bahwa merokok bukanlah sesuatu hal yang keren atau dapat dibanggakan.
5.      Memahami tekanan dari teman sebaya. Adanya teman yang merokok dapat mempengaruhi anak. Memberikan kepada mereka kepercayaan diri untuk dapat bersosialisasi dengan teman mereka tanpa merokok.
6.      Menangani kecanduan akibat rokok dengan serius.
Banyak remaja yang percaya bahwa mereka dapat berhenti merokok kapanpun mereka mau, tetapi kenyataannya nikotin dapat membuat mereka menjadi kecanduan sama seperti pada orang dewasa. Sehingga diperlukan penanganan yang serius misalnya dengan cara rehabilitasi.
7.      Memberikan gambaran mengenai masa depan mereka.
Anak-anak cenderung percaya bahwa mereka tidak akan terkena dampak buruk dari rokok. Tetapi masalah kesehatan seperti kanker, serangan jantung dan stroke sangat beresiko dialami oleh mereka yang merokok.
8.      Ikut terlibat secara aktif  terlibat dalam kegiatan pencegahan rokok baik di sekolah ataupun lingkungan rumah.
Selain dari lingkungan keluarga, diperlukan juga peran media dalam pencegahan dini. Hal ini dapat dilakukan dengan meminimalisir iklan mengenai rokok, lebih menyosialisasikan tentang bahaya rokok bagi kesehatan remaja. Pemerintah juga dapat berperan dalam pencegahan dini ini, dengan cara menerapkan aturan yang tegas dan jelas mengenai tembakau dan rokok. Dengan dukungan dari semua pihak, maka pencegahan dini terhadap perilaku merokok dapat terlaksana, sehingga jumlah perokok remaja dan anak-anak dapat berkurang. Karena remaja dan anak-anak adalah generasi penerus bangsa.



BAB V
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Perilaku merokok di kalangan remaja dan anak-anak dapat menyebabkan kecanduan. Perilaku merokok ini dipengaruhi oleh faktor sosial yakni lingkungan, baik keluarga, teman, maupun tetangga. Teman ataupun keluarga yang merokok merupakan agen sosialisasi yang dapat mempengaruhi remaja untuk merokok pula.
Pemecahan masalah ini yakni dengan pencegahan dini. Pencegahan dini dilakukan dari lingkungan sosialisasi paling kecil yakni keluarga. Dengan dukungan dari peran pemerintah dan peran media.

B.     Saran
Saran yang dapat diberikan:
1.      Keluarga sebagai lingkungan sosialisasi terkecil hendaknya memberikan pengertian kepada anak-anaknya mengenai rokok serta bahayanya. Mengawasi tindakan anak-anak yang dilakukan di lingkungan sekitarnya.
2.      Pemerintah hendaknya melakukan sosialisasi tentang bahaya rokok bagi kesehatan remaja, dan juga menerapkan peraturan yang  jelas mengenai rokok.



C.      
DAFTAR PUSTAKA

_____. 2009. Indonesia Negara Perokok Terbesar Se-ASEAN. (online) http://bebasrokok.wordpress.com. Diakses tanggal 10 Desember 2010.
______. 2010. Balita Perokok Cuma Ada di Indonesia! (online) http://www.surya.co.id. Diakses tanggal 13 Desember 2010.
______. 2010. Jumlah Perokok, Indonesia Peringkat Tiga Dunia. (online) http://www.surya.co.id. Diakses tanggal 13 Desember 2010.
______. 2010. Sandi Total Stop Merokok dan Misuh (online) http://www.surya.co.id. Diakses tanggal 13 Desember 2010.
_____­­_. 2010. Enam Anak Balita Kecanduan Rokok. (online) http://www.surya.co.id. Diakses tanggal 13 Desember 2010.
_____. 2010. Penyalit Akibat Rokok. (online) http://bahayamerokok.com. Diakses tanggal 10 Desember 2010.
Abidin. 2009. Faktor-Faktor Penyebab Kecanduan Merokok (online) http://abidinblog.blogspot.com. Diakses tanggal 10 Desember 2010.
Bekti. 2010. Lindungi Remaja Bahaya Rokok. (online) http://medicastore.com.  Diakses tanggal 10 Desember 2010.
Gsianturi. 2003. Merokok dan Kesehatan! (online) http://www.gizi.net. Diakses tanggal 10 Desember 2010.
Hanurawan, F. 2008. Ilmu Sosial dan Budaya Dasar (Bahan Bacaan). Malang: Universitas Negeri Malang.
Komalasari, Dian Avin Fadilla. 2010. Faktor-Faktor Penyebab Perilaku Merokok pada Remaja. (online) http:// avin.staff.ugm.ac.id/ data/jurnal/perilakumerokok_avin.pdf. Diakses tanggal 10 Desember 2010.
Magdalena, Maria. 2010. Proses Sosialisasi. (online) http://www.sekolahrumah.com. Diakses tanggal 15 Desember 2010.
Mutoif, Dorin. 2009. Teori Sosial Kognitif. (online) http://dmutoif.blogspot.com. Diakses tanggal 15 Desember 2010.
Nainggolan, R.A. 2001. Anda Mau Berhenti Merokok? Pasti Berhasil. Bandung: Indonesia Publishing House.
Yulianti, Fitri. 2010. Anak Harus Tahu Bahaya Merokok. (online) http://bebasrokok.wordpress.com. Diakses tanggal 10 Desember 2010.













Tidak ada komentar:

Posting Komentar