A. Pengertian Proses Pembubuhan Afiks
Proses pembubuhan afiks (afiksasi) ialah peristiwa pembentukan kata dengan jalan membubuhkan afiks pada bentuk dasar. Misalnya, pembubuhan afiks {meN-} pada bentuk dasar tatar menjadi menatar, pada bentuk dasar gigit menjadi menggigit. Di samping dapat menempel pada bentuk dasar yang bermorfem tunggal (monomorfemis) sebagaimana yang dicontohkan di atas, afiks juga dapat membubuhkan diri pada bentuk dasar yang bermorfem lebih dari satu (polimorfemis). Misalnya, pembubuhan afiks {ber-} pada bentuk dasar satu padu sehingga menjadi bersatu padu; pembubuhan afiks {meN-} pada bentuk dasar babi buta sehingga menjadi membabi buta.
B. Pengertian Afiks
Afiks ialah bentuk kebahasaan terikat yang hanya mempunyai arti gramatikal, yang merupakan unsur langsung suatu kata, tetapi bukan merupakan bentuk dasar, yang memiliki kesanggupan untuk membentuk kata-kata baru. Misalnya bentuk {meN-}, {ber-}, dan {peN-} pada kata memberi, membatu, berlari, bersepeda, pencukur, dan penggaris merupakan unsur langsung dari kata-kata itu. Dikatakan demikian, sebab bentuk {meN-}, {ber-}, dan {peN-} merupakan unsur yang secara langsung membentuk kata di atas. Akan tetapi, bentuk itu bukan merupakan bentuk dasar dan selamanya memang tidak akan dapat menjadi bentuk dasar. Bentuk-bentuk dasar pada kata-kata di atas juga merupakan unsur langsung sebab bentuk-bentuk dasar itu (beri, batu, lari, sepeda, cukur, dan garis) secara langsung (dan bersama-sama dengan {meN-}, {ber-}, {peN-} juga membentuk kata-kata di atas. Jadi, bentuk yang segolongan dengan {meN-}, {ber-}, dan {peN-} merupakan unsur langsung dari bentuk yang lebih besar, tetapi bukan merupakan bentuk dasar.
Apabila bentuk {meN-}, {ber-}, dan {peN-} dibandingkan dengan bentuk dasar, terdapat perbedaan distribusi. Apabila bentuk dasar, misalnya batu, sepeda, dan rumah, dapat berdiri sendiri sebagai tuturan biasa, maka bentuk yang segolongan {meN-}, {ber-}, dan {peN-} tidak demikian. Misalnya percakapan antara Bagong dan Petruk berikut.
A. Bagong : Pagi-pagi begini, apa yang kamu bawa itu, Truk?
Petruk : Baru.
B. Petruk : Saya mempunyai banyak kendaraan. Pilih satu di antaranya: kuda, sepeda, atau perahu!
Bagong : Sepeda.
C. Bagong : Sekarang sepedanya ada di mana?
Petruk : Rumah.
Dari percakapan di atas, jelaslah bahwa kata batu, sepeda, dan rumah mampu berdiri sendiri sebagai tuturan, dalam hal ini sebagai kalimat. Akan tetapi, kemampuan ini tidak pernah terdapat pada bentuk {meN-}, {ber-}, dan {peN-}. Mereka selalu bergandeng dengan bentuk lain dalam tuturan biasa. Mereka selalu bergabung dengan bentuk dasarnya dalam satu kata. Sebaliknya, walaupun tidak mempunyai kemampuan untuk berdiri sendiri sebagai tuturan, bentuk {meN-}, {ber-}, dan {peN-} memiliki kesanggupan untuk melekat pada bentuk-bentuk lain untuk membentuk kata. Hal ini terbukti bahwa dengan {meN-} kita dapat membentuk kata memberi, mendaki, mencari, membuat, memandang, mencangkul, menyabit, menggunting, dan sebagainya.
C. Perubahan Fonem Akibat Proses Pembubuhan Afiks
Dalam bahasa Indonesia, peristiwa bergabungnya morfem satu dengan yang lain untuk membentuk suatu kata sering diikuti dengan perubahan-perubahan fonem. Perubahan itu bisa berupa perubahan fonem ke fonem lain, penambahan fonem, dan penghilangan fonem. Perubahan-perubahan fonem yang mengikuti peristiwa pembentukan kata dalam ilmu bahasa disebut proses morfofonemis. Morfem afiks {meN-} yang memiliki tiga fonem, yaitu /m/, /e/, dan /N/, setelah bergabung dengan bentuk dasar potong, fonem /N/ berubah menjadi /m/, sehingga pertemuan itu menghasilkan kata memotong. Dengan demikian, pada proses, morfologis itu terjadi pula proses morfofonemis yang berupa perubahan fonem, yaitu perubahan fonem /N/ menjadi /m/: {meN} ® {mem}.
Aturan atau kaidah proses morfofonemis ada tiga, yaitu:
1. Kaidah Perubahan Fonem dalam Proses Morfofonemis Bahasa Indonesia
a) Fonem /N/ pada morfem afiks {meN-} dan {peN-} akan berubah menjadi /m/ apabila bentuk dasar yang mengikutinya berawal dengan fonem /p/, /b/, dan /f/. Misalnya berikut ini:
meN- + pikir memikir
meN- + batik membatik
meN-kan + fungsi memfungsikan
peN- + potong pemotong
peN- + bakar pembakar
peN- + fitnah pemfitnah
Catatan:
Bentuk dasar yang berawal dengan fonem /p/, apabila mengikuti morfem afiks {meN-) dan {peN-j, fonem tersebut luluh. Sebaliknya, bentuk dasar yang berawal dengan fonem /b/ dan /f/, apabila mengikuti morfem afiks {meN-} dan {peN-}, fonem tersebut tidak luluh.
b) Fonem /N/ pada morfem afiks {meN-} dan {peN-} akan berubah menjadi /n/ apabila bentuk dasar yang mengikutinya berawal dengan fonem /t/, /d/, dan /s/; fonem /s/ yang dimaksud di sini hanya yang berasal dari bahasa asing dan masih terasa keasingannya. Misalnya di bawah ini:
meN- + tolak menolak
meN- + dengar mendengar
meN- + suplai mensuplai
peN- + tolak penolak
peN- + dengar pendengar
Catatan:
Bentuk dasar yang berawal dengan fonem /t/, apabila mengikuti morfem afiks {meN-} dan {peN} fonem tersebut luluh; tetapi, apabila berawal dengan fonem /d/ dan fonem /s/ (yang berasal dari bentuk asing dan masih terasa keasingannya, fonem tersebut tidak luluh.
c) Fonem /N/ pada modem afiks {meN-} dan {peN-} akan berubah menjadi /n/ apabila bentuk dasar yang mengikutinya berawal dengan fonem /s/, /s/, /c/, dan /j/.
Misalnya berikut.
meN + sabit menyabit /mehabit/
meN-i + syukur mensyukuri /meh gukuri/
meN-kan + syarat mensyaratkan /meh§aratkan/
peN- + cetak mencetak /meficetak/
meN- + jual menj ual /mehjual/
peN- + sulap penyulap /peAulap/
peN- + ceramah penceramah /pehceramah/
Catatan:
Bentuk dasar yang berawal dengan fonem /s/, apabila mengikuti morfem afiks {meN-} dan {peN-}, fonem tersebut luluh; tetapi, apabila berawal dengan fonem /s/, /c/, dan /j/, fonem tersebut tidak luluh. Demi kepraktisan fonem /n/ di muka bentuk dasar yang berawal dengan fonem /s/, /c/, dan /j/ cukup ditulis dengan n.
d) Fonem /N/ pada morfem afiks {meN-} dan {peN-} akan berubah menjadi /0/ apabila bentuk dasar yang mengikutinya berawal dengan fonem /k/, /g/, /x/, /h/, dan vokal.
Misalnya berikut.
meN- + khitan mengkhitan/moMitan/
meN- + hukum menghukum
meN- + angkat mengangkat
meN- + ikat mengikat
meN- + ukur mengukur
meN- + omel mengomel
peN- + ikat pengikat
peN- + ukur pengukur
peN- + emban pengemban
peN- + obral pengobral
Catatan:
Bentuk dasar yang berawal dengan fonem /k/ apabila mengikuti morfem afiks {meN-}dan {peN-}, fonem tersebut luluh; tetapi, apabila berawal dengan fonem /g/, /X/ (biasa ditulis kh), /h/, dan /vokal/, fonem tersebut tidak luluh.
e) Fonem /r/ pada morfem afiks {ber-} dan {per-} akan berubah menjadi /1/ apabila bentuk dasar yang mengikutinya berupa morfem ajar.
Misalnya di bawah ini:
ber + ajar belajar
per + ajar pelajar
f) Fonem /?/ (hamzah) yang menduduki posisi akhir pada bentuk dasar akan beruball menjadi /k/ apabila diikuti atau bergabung dengan morfem afiks {peN-an}, (kc-an), (per-an), dan {-an).
Misalnya berikut:
peN-an + tolak /tola?/ penolakan/pƏnolakan/
ke-an | + | elok /elo?/ | keelokan/kƏelokan/ |
per-an | + | budak/buda?/ | perbudakan/parbudakan/ |
an- | + | kutuk /kutu?/ | kutukan/kutukan/ |
an- | + | petik /peti?/ | petikan/pƏtikan/ |
1. Kaidah Penambahan Fonem dalam Proses Morfofonemis
a) Apabila morfem afiks {meN-} dan {peN-} diikuti bentuk dasar yang bersuku satu, di antaranya terjadi penambahan fonem /a/ sehingga {meN-} menjadi menge-, dan {peN-} menjadi penge. Misalnya berikut:
meN | + | las | mengelas |
meN- | + | tik | mengetik |
meN- | + | bom | mengebom |
peN- | + | cat | pengecat |
peN- | + | tik | pengetik |
peN- | + | las | pengelas |
Catatan:
Pada contoh di atas, di samping terjadi penambahan juga terjadi perubahan, yaitu dari fonem /N/ menjadi /η. Harap diingat bahwa di samping katakata tersebut, dipakai juga bentuk yang dianggap tidak baku, misalnya membom, pencat, pembom, melas.
b) Apabila morfem afiks {peN-an}, {ke-an}, {per-an}, dan {-an} bertemu dengan bentuk dasar yang (1) berakhir dengan vokal /a/, akan terjadi penambahan /?/, (2) berakhir dengan vokal /u/, /o/, dan /au/ akan terjadi penambahan /w/, dan (3) berakhir dengan vokal A/ dan /ay/ akan terjadi penambahan /y/. Misalnya berikut.
peN-an + periksa pemeriksaan /pƏmƏriksa?an/
ke-an + sengaja kesengajaan /kasƏηaja?an
per-an + coba percobaan /pƏrcoba?an/
-an + siksa siksaan /siksa?an/
peN-an + buku pembukuan /pƏmbukuwan/
2. Kaidah Penghilangan Fonem dalam Proses Morfologis Bahasa Indonesia
a) Fonem /N/ pads modem afiks {meN-} clan (peN-) akan mengalami penghilangan apabila bertemu dengan bentuk dasar yang berawal dengan fonem /1/, /r/, /y/, /w/, dan /nasal/.
Misalnya berikut ini:
meN- + larang melarang
meN- + ramal meramal
meN- + nyanyi menyanyi
meN- + nikah menikah
meN- + madu memadu
peN- + Lamar pelamar
b) Fonem /r/ pads modem afiks {ber-}, {ter-}, dan {per-} akan mengalami penghilangan apabila bertemu dengan bentuk dasar yang berawal dengan fonem /r/ dan bentuk dasar yang suku pertamanya berakhir dengan fonem /r/.
Misalnya sebagai berikut.
ber- + rambut berambut (bukan *berrambut)
ber- + ternak beternak (bukan *berternak)
ter- + rebut terebut (bukan *terrebut)
per- + kerja pekerja (bukan *perkerja)
per- + renang perenang (bukan *perrenang)
c) Fonem /k/, /p/ ,/t/ dan /s/ yang terdaat pada awal bentuk dasar yang bertemu dengan morfem afiks {meN-} dan {peN-}, fonem-fonem itu mengalami penghilangan. Kejadian ini tidak berlaku bagi bentuk dasar yang berasal dari bahasa asing dan masih terasa keasingannya.
Misalnya sebagai berikut:
meN- + kapur mengapur
meN - + pikir memikir
meN - + tolak menolak
peN- + pikir pemikir
peN- + tulis penulis
Tidak ada komentar:
Posting Komentar